APAKAH PENDIDIKAN BISA MENGAKHIRI KEMISKINAN ?
![]() |
| Sumber : Kemendagri |
Pertama kita definisikan dahulu apa itu kemiskinan ? dan kemisikinan dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural
Apa itu Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang mengalami kekurangan atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Kemiskinan dapat terjadi pada tingkat individu, keluarga, atau masyarakat secara keseluruhan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemiskinan melibatkan berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, dan politik.
Kemiskinan Struktural
![]() |
| sumber : atmago.com |
kemiskinan struktural adalah dimana negara terlibat, apabila suatu keluarga di anggap miskin secara struktural ini disebabkan karena sistem yang membuat mereka tidak berdaya untuk mengankat dirinya lalu dibuatlah indikator - indikator, misalnya "garis kemiskinan", mereka miskin itu di sebabkan kartena kebijakan yang membuat mereka tidak bisa keluar, kenapa seperti itu ? struktur yang membuatnya begitu, karena sumber daya di kuasi kelompok tertentu, produksi di kuasai kelompok tertentu, distribusi di kuasi kelompok tertentu, tidak terdistribusinya seumber daya, produksi dan distribusi secara adil dan merata kepada masyarakat, disitulah seharunysa negara mengambil peranan bahwa semua itu tidak boleh di kuasi oleh kelompok tertentu, jika semua itu tidak tersebar maka itu akan melahirkan kemisikinan, maka itu di sebut kemiskinan struktural.
Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap masyarakat yang telah menjadi budaya. Kemiskinan kultural mencakup berbagai faktor yang tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan aspek-aspek sosial dan budaya, budaya ketergantungan, kesenjangan informasi, dan stigma sosial. singkatnya golongan miskin itu menjadi miskin karena mereka memang miskin.
Kemudian dari dua definisi kemiskinan di atas muncul beberapa pertanyaan yang ada di benak saya, karena beberapa pertanyaan yang muncul akan menjadi sub-sub pertanyaan lain yang mengundang pertanyaan besar.
- apakah fungsi pendidikan dalam konteks materi ekonomi ?
- apakah fungsi pendidikan dalam konteks nilai / value atau apakah fungsi pendidikan dalam konteks akhlak bagi muslim
sedangkan sistem pendidikan itu sudah menjadi industri, jika kita lihat mahalnya sekolah yang bagus, mahalnya sekolah dengan guru dan kurikulum yang kompeten, pertanyaan itu yang masih belum terjawab dengan jawaban yang cukup teoritis dan pragmatis
Sebagai contoh saya mempunyai sebuah kisah dari Quora
Budi dan Andi berada di taraf hidup yang sama. Saya tidak ingin mengatakan keduanya miskin, tetapi jika diestimasi, pendapatan masing-masing orangtua mereka tidak lebih dari 2 juta rupiah per bulan dari dulu hingga sekarang. Dengan kedaan yang relatif sama, bisa saya bilang kalo etos belajar untuk menyelesaikan pendidikan keduanya cukup berbeda. Dalam hal ini, Budi tidak menyelesaikan pendidikan SMP-nya, sedangkan Andi mampu mengenyam hingga jenjang diploma.
Setelah 15 tahun saling mengenal, saya lihat keadaannya sekarang cukup kontras.
Budi punya pendapatan yang bisa dibilang tidak jauh dari ayahnya, sekitar 1–2,5 juta per bulan, tergantung banyak tidaknya penumpang yang dia angkut. Iya, dia adalah supir taksi. Sedangkan, Andi mampu punya pendapatan tidak kurang dari 12 juta per bulan, bisa lebih besar jika target perusahannya tercapai. Iya, dia bekerja di perusahan migas.
Sampai di sini bisa kita lihat kalo pendidikan yang lebih tinggi bisa meningkatkan potensi pendapatan yang diterima menjadi lebih besar dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.
Sayangnya ceritanya tidak sampai di situ.
Oleh karena Budi tidak lulus SMP, maka dia memutuskan untuk menikah di usia sangat muda, kalo tidak salah pada usia 18 tahun. Sebenarnya saya tahu kalo dia bingung mau melakukan apa setelah berhenti bersekolah, alhasil bagi dia yang paling memungkinkan adalah menikah. Saat ini dia punya dua orang anak yang lucu sekali. Saya hanya bisa mendoakan keduanya memiliki rezeki dan keadaan yang baik.
Berbeda dengan Budi, karena Andi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang membuat dia nyaman. Alhasil hingga saat ini dia belum memikirkan untuk menikah, tetapi jika saya lihat dari barang-barang dan aktivitas yang dia lakukan, dia sangat menikmati hidupnya. Lagi pula ketika saya tanya masalah pernikahan, dia jawab kalau masih mengumpulkan dana pernikahan sekaligus untuk pendidikan anaknya kelak.
Tetapi dari kasus ini juga bisa kita lihat dan tarik kesimpulan bahwa bagaimanapun kualitas pendidikan kita yang katanya jelek ini, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan itu penting untuk membuka kesempatan lebih lebar bagi kita. Salah satunya dalam mendapat posisi yang tidak bisa diraih kecuali dengan pendidikan yang relevan.
Sekali lagi. Ini hanya contoh dari dua sahabat saya. Tentu saja di bumi belahan lain keadaannya sangat mungkin bisa berbalik, ada yang kuliah sampai S3 tapi gajinya tidak lebih besar dari lulusan SMA. Itu sangat mungkin.
Begitulah kira-kira cara pendidikan yang baik memutus rantai kemiskinan. masa depan tidak ada yang tahu.
Dari cerita diatas kita bisa simpulkan korelasi dengan judul blog ini, pendidikan bisa mengakhiri kemiskinan, Pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor kunci dalam mengatasi kemiskinan. Pendidikan memberikan individu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk meningkatkan peluang ekonomi, pendidikan dapat memutus siklus kemiskinan generasional. Anak-anak yang menerima pendidikan yang baik memiliki peluang yang lebih baik untuk menghindari kemiskinan saat dewasa nanti, pendidikan memberikan individu kemampuan untuk mengembangkan kapasitas diri mereka sendiri. Mereka dapat menjadi lebih mandiri, mampu membuat keputusan yang lebih baik, dan memiliki keterampilan untuk mengatasi tantangan ekonomi.
Meskipun pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi kemiskinan, penting untuk diingat bahwa itu bukan satu-satunya faktor. Ada faktor-faktor lain seperti ketidaksetaraan ekonomi, akses terhadap pekerjaan yang layak, dan kebijakan ekonomi yang juga memainkan peran dalam menentukan tingkat kemiskinan dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan perlu didukung oleh langkah-langkah lainnya untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan dalam mengurangi kemiskinan.




jadi apakah presiden bisa menjadi faktor perubahan pendidikan dan ekonomi bagi masyrakat ?
BalasHapus